Tanamkan Jiwa Kewirausahaan Sejak Dini (1)

Saya sering mengajukan pertanyaan seperti ini kepada anak-anak didik saya kelas XII di SMAN 1 Gondangwetan, “Adakah yang tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah tidak minta uang jajan kepada orang tuanya?” Pertanyaan ini sederhana, namun sangat penting. Sebab, dari beberapa orang besar dan sukses dalam bisnis, ternyata jejak-jejak kesuksesannya dapat ditelusuri sejak dari masa remajanya (SMA).
Bagaimana jawaban para siswa terhadap pertanyaan saya itu? Dari empat kelas XII, tiga kelas 100 persen tidak ada! Artinya, 100 persen siswa masih meminta uang jajan dari orang tua! Hanya 1 kelas yang saya temukan 1 orang siswi yang sebelum berangkat tidak meminta uang jajan kepada orang tuanya.
Temuan saya di satu kelas itu cukup menarik untuk diungkap di sini. Ketika saya ajukan pertanyaan seperti itu, siswi itu agak ragu untuk menjawab “tidak minta uang kepada orang tuanya tadi pagi.” Karena menurutnya, uang jajan Rp 5.000,- per hari dari orang tuanya tidak dia minta harian, melainkan bulanan sehingga setiap bulan dia mendapat uang jajan sekitar Rp 150.000,-.
Uang jajan tersebut dia gunakan untuk kulakan peralatan sekolah seperti pensil, bulpoint, penggaris, penghapus dan sebagainya. Kemudian dia jual kepada teman-temannya di sekolahnya. Tas sekolahnya dia sulap menjadi “toko”.
Saya sangat memberikan apresiasi terhadap siswa saya yang kreatif itu. Saya yakin, di masa depan dia akan menjadi orang yang sukses. Karena sejak dini, dia belajar mandiri dan mampu melihat peluang bisnis di sela-sela kesibukannya sebagai seorang pelajar.
Kembali ke pertanyaan saya tadi. Bila uang jajan masih minta kepada orang tua, otomatis uang sekolah, buku, sampai uang pulsa dan semuanya masih minta kepada orang tua! Pada umumnya, anak-anak remaja di Indonesia, memang belum mandiri secara ekonomi sehingga masih bergantung finansialnya kepada orang tuanya!
Padahal, orang-orang yang sukses secara ekonomi sehingga mencapai kedudukan finansial freedom (kebebasan finansial) itu sejak dari remaja atau seusia anak SMA, sudah mendiri secara ekonomi. Padahal, mereka berasal dari keluarga miskin.
Mereka memang terlahir sebagai orang miskin, namun melalui jerih payah, perjuangan, kegigihan, ketabahan dan air mata, mampu mengubah nasibnya sehingga menjadi orang yang kaya raya. Siapakah mereka itu?
Ada empat orang yang menurut saya terlahir dari keluarga misikin, namun sejak masih remaja telah merintis jalan kewirausahaan sehingga berhasil mengubah nasibnya dari orang miskin menjadi orang kaya.
Yang pertama adalah Muhammad SAW. Beliau sejak dari masa remaja sudah belajar mandiri. Pada usia 9 tahun, menjadi pengembala ternak dan mendapat upah beberapa qiraat yang digunakan untuk membantu ekonomi kakenya, Abdul Muthallib. Yang demikian itu, karena pada usia 9 tahun beliau sudah yatim piatu. Ayahnya, Abdullah, meninggal saat beliau masih di dalam kandungan dan ibunya, Siti Aminah, meninggal pada saat beliau berusia 6 tahun.
Kemudian pada usia 12 tahun, beliau berinisiatif untuk magang (internship) dagang kepada pamannya Abu Thalib. Saat pamannya hendak berangkat berdagang ke Syam (Damaskus, Syiria) beliau bersikeras untuk ikut dalam kafilah dagang. Dalam usia yang masih beliau itu, beliau magang dagang untuk mempelajari berbagai seluk-beluk usaha perdagangan di berbagai tempat di Jazirah Arab.
Dari hasil magangnya itu, maka pada usia 17 tahun beliau mulai membuka usaha sendiri. Pada masa itulah, beliau membangun reputasi sebagai seorang pengusaha yang jujur dan dapat dipercaya sehingga mendapat gelar “Al-Amin”. Atas reputasinya itu, sehingga pada usia 25 tahun, beliau menjadi investor manager suadagar kaya Khadijah.
Mokh. Syaiful Bakhri






