Menggeser Paradigma terhadap Kaum Sarungan

Judul tulisan ini berasal dari Ustadz H. A. Saifulloh Naji. Wakil Ketua II Koperasi BMT UGT Sidogiri ini pernah mengalami beberapa kejadian lucu dan menarik dengan sarung yang dikenakannya. Maklum, ke mana pun ia pergi termasuk mendatangi undangan resmi dengan mitra kerja Koperasi BMT UGT Sidogiri seperti Bank Indonesia, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur maupun dengan kalangan perbankan syariah, tak pernah ketinggalan untuk sarungan alias mengenakan sarung. Pendek kata, sarungan merupakan pakaian dinasnya untuk berbagai acara baik resmi maupun tidak resmi.
Bagi mitra kerja Koperasi BMT UGT Sidogiri, awalnya agak aneh bertemu dengan orang-orang sarungan dalam situasi kerja. Sebab, mereka sudah terbiasa bekerja dengan pakaian formal yaitu jas, baju kemeja, berdasi dan mengenakan celana panjang. Karena itu, ketika mereka bertemu dengan mitra kerja yang sarungan, tentu merupakan hal yang tak biasa. “Bekerja kok sarungan,” barangkali demikian pikiran mereka. Pada awalnya, pandangan mereka cenderung belum begitu percaya dengan kinerja orang-orang sarungan. Namun dengan berbagai prestasi yang berhasil ditorehkan oleh orang-orang sarungan baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional, pandangan mereka terhadap orang-orang sarungan mulai berubah.
Itulah yang pernah terjadi ketika mereka bertemu dengan pengurus, direksi dan manajer dari Koperasi BMT UGT Sidogiri. Semula mereka agak aneh melihat penampilan orang-orang bekerja dengan mengenakan sarung. Tetapi setelah mengetahui bahwa kaum sarungan itu sukses mengelola koperasi dengan perputaran uang mencapai Rp 6 triliun, mereka terperangah dan berdecak kagum. “Ini menggeser paradigma terhadap kaum sarungan,” kata Ustadz H. A. Saifulloh Naji.
Maka, pandangan terhadap orang sarungan yang identik dengan orang-orang pesantren dan pedesaan telah bergeser. Kaum sarungan ternyata mampu bekerja cerdas, bekerja tuntas dan bekerja ikhlas sehingga mendapat kepercayaan dan mampu meraih prestasi puncak tingkat nasional dalam bidang keuangan mikro syariah. Koperasi BMT UGT Sidogiri pada bulan Februari ini menduduki peringkat puncak The Best Islamic Micro Finance di Indonesia versi Karim Consulting Indonesia. Kaum sarungan tidak kalah dengan orang-orang perkotaan. Bahkan, kesuksesan tiga koperasi syariah di Sidogiri saat ini menjadi rujukan utama tingkat nasional sehingga banyak kalangan dari berbagai provinsi yang melakukan studi banding ke Sidogiri.
Pesantren Identik Sarungan
Bagi orang-orang pesantren sarungan alias menggunakan sarung dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang lumrah. Di Sidogiri, misalnya, sarungan menjadi pakaian resmi dalam berbagai aktivitas mulai dari ma’hadiyah (kepesantrenan), madrasiyah (kemadrasahan) sampaiubudiyah (peribadatan). Karena itu, dalam aktivitas pesantren, pendidikan di madrasah dan peribadatan di masjid, baik para santri, ustadz maupun pengasuh pesantren, semuanya mengenakan pakaian yang sama yaitu sarungan.
Begitupula dalam aktivitas ekonomi. Karena sudah terbiasa memakai sarung, maka dalam kegaiatan ekonomi pun mereka konsisten mengenakan sarung. Maka jangan heran kalau kita datang ke kantor pusat maupun cabang Kopontren Sidogiri, Koperasi BMT Maslahah dan kantor Koperasi BMT UGT Sidogiri, baik pengurus, direksi, manajer dan karyawan semuanya mengenakan sarung alias sarungan. Mereka merupakan kaum sarungan yang tengah berikhtiar dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menerapkan syariat Islam dalam kegiatan ekonomi melalui wadah koperasi. Mereka ingin mewujudkan Indonesia yang baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur. Yaitu Indonesia yang sejahtera, aman, tentram dan mendapat ampunan dari Allah SWT.
Karena sudah terbiasa mengenakan sarung saat bekerja, maka saat mendatangi undangan resmi pun mereka tetap sarungan. Karena itu, saat ini bukan hal yang aneh lagi dalam rapat-rapat yang digelar oleh Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur dengan para pengeloa koperasi di Jawa Timur, sudah terbiasa terlihat pemandangan orang-orang sarungan yang hadir dalam rapat tersebut. Mereka adalah kaum sarungan dari Sidogiri yang berhasil mengelola koperasi dengan baik sehingga tiga koperasi yang ada di Sidogiri masuk dalam daftar 100 koperasi besar di Indonesia. Koperasi BMT UGT Sidogiri berada di urutan ke-3, Koperasi BMT Maslahah berada di urutan ke-14 dan Kopontren Sidogiri berada di urutan ke-93.
Awalnya Lucu
Di Sidogiri bekerja dengan sarungan itu merupakan hal yang lumrah. Namun tidak untuk kantor-kantor pemerintah maupun swasta seperti kalangan perbankan. Karena itu, ketika ada orang sarungan yang datang ke kantor pemerintah maupun perbankan, masih dianggap sebagai hal yang tidak biasa. Karena itu, kadang ada perlakuan yang lucu bahkan tidak mengenakkan bagi orang yang sarungan saat menghadiri undangan dari kantor pemerintah maupun perbankan.
Hal inilah yang dialami oleh Ustadz H. A. Saifulloh Naji saat menghadiri undangan dari BI cabang Surabaya. Saat hendak memasuki kantor BI cabang Surabaya, ia dicegat oleh satpam dan menanyakan maksud ke datangannya. Meski sudah menunjukkan surat undangan kepada satpam, namun satpam di sana masih meragukan juga. “Mungkin dipikir saya datang sarungan itu mau minta sumbangan ke BI,” kata Ustadz H. A. Saifulloh Naji.
Ketika satpam tersebut mengkonfirmasi kepada atasannya, barulah ia dipersilahkan untuk masuk ke gedung BI cabang Surabaya. Setelah tahu bahwa orang sarungan yang datang ke BI itu adalah pengurus Koperasi BMT UGT Sidogiri, satpam tersebut menunjukkan sikap dan takzim.Kejadian lucu yang dapat menggeser paradigma terhadap orang sarungan pernah dialami oleh direksi dan manajer Koperasi BMT UGT Sidogiri. Dalam suatu acara dengan pimpinan BCA Syariah cabang Surabaya, diperkenalkanlah jajaran direksi dan manajer Koperasi BMT UGT Sidogiri. Saat diperkenalkan, semuanya pakai sarung. Direktur utamanya sarungan, direktur keuangannya sarungan dan direktur bisnisnya juga sarungan. “Wah, ini bukan orang-orang sarungan sembarangan,” kelakar salah seorang pimpinan BCA Syariah cabang Surabaya.“Orang-orang sarungan ini yang menggeser paradigma terhadap orang-orang sarungan dari pesantren. Orang-orang sarungan dari Koperasi BMT UGT Sidogiri mampu mengelola dana sampai Rp 6 triliun. Tentu saja hal ini membuat decak kagum terhadap orang-orang sarungan dari pesantren,” papar Ustadz H. A. Saifulloh Naji.
[Mokh. Syaiful Bakhri]






