Strategi Menghadapi MEA (2)

Dalam menghadapi era MEA KJKS di Indonesia perlu menerapkan strategi agar pasar domestik tetap setia menggunakan produk dan layanan yang ditawarkan. Salah satunya adalah menggunakan keunggulan konsep syariah untuk mempertahankan pasar dalam negeri sebagaimana strategi yang diterapkan oleh Koperasi BMT UGT Sidogiri Indonesia untuk mempertahankan pasar domestiknya. “Keunggulan jasa keuangan syariah yang perlu untuk disosialisasikan kepada masyarakat luas seperti konsep halal, berkah dan zakat yang tidak dimiliki oleh jasa keuangan konvensional,” papar A. Thoha Putra. Kemudian strategi lain untuk menangkap peluang era MEAadalah dengan mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga mampu bersaing dengan pasar global di negara-negara ASEAN.
Dalam menghadapi era MEA, KJKS di Indonesia perlu memperhatikan nasihat dari Pakar Ekonomi Islam Dr. Muhammad Syafii Antonio. Dalam forum seminar nasional yang digelar oleh Sidogiri Network Forum (SNF) untuk menyambut datangnya Tahun Baru Islam 1 Muharram 1436 Hijriah beberapa waktu yang lalu, dia menyatakan untuk memenangkan persaingan era pasar bebas MEA 2015, salah satu yang harus dilakukan adalah memantaskan diri untuk menjadi pemenang. “Bila tidak memantakan diri untuk menang, maka dalam era persaingan pasar bebas, produk, jasa dan sumber daya manusia Indonesia dikhawatirkan akan kalah bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya,” ungkap Dr. Muhammad Syafii Antonio. Untuk itu, menurutnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memantaskan diri menjadi pemenang dalam persaingan global era MEA 2015.
Salah satunya adalah melakukan inovasi produk dan layanan dan pricing atau harga produk yang kompetitif. “Tentunya, pasar akan cenderung memilih produk dan layanan prima dengan harga yang terjangkau,” pungkasnya. Soal pricing merupakan tantangan yang dihadapi oleh rata-rata KJKS di Indonesia. Pada umumnya, harga jual atau pricing produk dan jasa yang ditawarkan oleh KJKS itu cenderung lebih mahal daripada yang ditawarkan oleh kalangan perbankan. Yang demikian itu karena KJKS rata-rata menggunakan dana dari kalangan perbankan syariah di Indonesia. “Mungkinkah dengan pricing yang lebih mahal kita dapat memenangkan persaingan dalam pasar bebas ASEAN?” tanya Direktur Bisnis Koperasi BMT UGT Sidogiri Indonesia.
Sedangkan, pricing itu sangat mempengaruhi perilaku konsumen terhadap suatu produk. Konsumen itu cenderung memilih produk dan jasa yang ditawarkan dengan harga murah. Bagaimanakah agar konsumen tetap setia dengan KJKS meski pricing yang ditawarkan lebih mahal? “Saya pernah bertanya kepada salah seorang anggota KJKS yang ada di Sidogiri kenapa mengambil pembiayaan dari KJKS Sidogiri padahal harganya lebih mahal dari bank konvensional?” ungkap A. Thoha Putra.
“Dia mengatakan bahwa menjalin transaksi dengan KJKS Sidogiri itu mengandung keberkahan sehingga usahanya bisa berjalan dengan lancar. Meski harganya lebih murah, kalau saya mengambil pembiayaan dari bank konvensional, ada saja hambatan usaha yang saya alami,” lanjutnya.
Itu berarti, salah satu keunggulan konsep syariah berupa keberkahan yang sudah dikenal luas oleh para santri itu perlu ditonjolkan. Sebab, dengan melaksanakan muamalah yang sesuai dengan syariah Islam, di situlah tersimpan keberkahan yang tidak mungkin ditemukan dalam konsep konvensional. Selain itu, kadang konsumen itu tidak mempersoalkan pricing apabila layanan yang diberikan itu sepadan. Contohnya, makanan dan minuman yang dijual di hotel dan bandara itu biasanya lebih mahal. Namun, konsumen tidak merasa berat untuk membelinya.
Mokh. Syaiful Bakhri






