Oleh-oleh Dari Perwakilan Pengurus Depok
Mumpung lagi ke Depok, saya menyempatkan diri berkunjung ke M. Sulton Fatoni salah seorang Perwakilan Pengurus KSPS BMT UGT Sidogiri Indonesia, yang tinggal di Sawangan Depok. Perjalanan menuju rumahnya tidak mudah. Saya cuma dikasih ancer-ancer Pertigaan Parung Bingung.
“Kalau saya kasih alamat nanti bingung. Pokoknya ancer-ancer Pertigaan Parung Bingung. Kalau sudah sampai di situ, hubungi saya,” demikian pesan singkatnya melalui Whatsapp.
Seperti petunjuknya, saya dari Bojong Lio Depok meluncur ke arah Sawangan Depok. Persis di pertigaan Parung Bingung, saya benar-benar bingung karena ketika saya hubungi berkali-kali, handphone tidak diangkat. Saya melongok ke sana-kemari tidak terlihat adanya tanda-tanda M. Sulton Fatoni.
Saya sampai di pertigaan Parung Bingung memang masih pagi. Jam menunjukkan pukul 07.15 WIB. Akhirnya, saya putuskan untuk mampir ke Masjid Al-Ikhlas yang letaknya tak begitu jauh dari pertigaan Parung Bingung. Saya mencoba bertanya dengan orang yang ada di Masjid, siapa tahu dia kenal dengannya. Pikir saya, dia kan salah seorang Ketua Tanfidziyah PBNU, kemungkinan warga di sekitar masjid kenal dengan dia. Ternyata tidak ada yang kenal.
Syukurlah, tak berapa lama kemudian handphone saya berdering. Saya lihat, ternyata panggilan dari M. Sulton Fatoni. Lalu saya dipandu menuju jalan ke rumahnya.Tak berapa lama kemudian, saya tiba di rumahnya yang asri. Setelah basa-basi sekedarnya, saya langsung menanyakan keadaan kantor cabang KSPS BMT UGT Sidogiri Indonesia di Depok yang berada dalam binaannya.
Maka dengan lancar dia menggambarkan satu per satu dari empat kantor cabang yang menjadi binaannya. Dia menyampaikan ada kantor cabang yang sangat bagus perkembangannya dan ada pula yang membutuhkan perhatian khusus. Peran seorang Perwakilan Pengurus sangat penting sekali dalam membina perkembangan kantor cabang yang menjadi binaannya.
Selain sebagai Perwakilan Pengurus KSPS BMT UGT Sidogiri Indonesia, HM. Sulton Fatoni aktif sebagai Ketua Harian Tanfidziyah PBNU, dosen Sosiologi dan Komisaris Sucofindo. Maka tak heran, pengalamannya dari berbagai bidang itu sangat mewarnai pandangannya saat berbicara tentang kantor cabang KSPS BMT UGT Sidogiri Indonesia yang menjadi binaannya. Dari pembicaraan yang cukup panjang, dapat saya simpulkan beberapa “oleh-oleh” yang perlu mendapat perhatian dan menjadi harapannya dalam mengembangkan kantor cabang KSPS BMT UGT Sidogiri Indonesia di masa mendatang.
Pertama, tentang perlunya untuk mengambil tindakan atau aksi yang cepat apabila ada kantor cabang yang mengalami masalah. Apabila dibiarkan berlarut-larut akan berdampak buruk bagi perkembangan kantor cabang tersebut. Misalnya, masalah non performing financing atau NPF yang tinggi. Apabila ada kantor cabang yang mengalami NPF tinggi harus segera ditangani. Selain melalui program pendampingan, juga perlu meneliti masalah internal yang sedang membelit suatu kantor cabang.
Kedua, soal pentingnya untuk menjaga keseimbangan antara modal kapital dengan modal SDM. Pertumbuhan modal kapital yang pesat tanpa diiringi dengan pertumbuhan modal SDM akan berdampak buruk terhadp perkembangan kantor cabang. Oleh karena itu, kebutuhan dasar setiap kantor cabang terhadap SDM khususnya bagi kantor cabang baru harus dipenuhi. Apabila kebutuhan dasar tersebut tidak dapat dipenuhi dan kantor cabang dipaksa untuk mencapai target yang telah ditentukan, maka hal itu akan berpotensi menimbulkan penyimpangan. Terutama bila kebutuhan dasar SDM tidak dipenuhi sehingga kepala kantor cabang merangkap sebagai kasir, maka potensi penyimpangan akan semakin besar.
Ketiga, lebih baik memperbaiki kantor cabang yang sudah ada sehingga menjadi kantor cabang yang produktif daripada membuka kantor cabang baru. Membuka kantor cabang baru memang merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan pertumbuhan laba, aset dan omzet, namun akan beresiko bila dalam jangka waktu lebih dari setahun kantor cabang baru tersebut masih tetap tidak produktif. Bila hal itu terjadi, maka pembukaan kantor cabang baru akan menjadi bumerang dan menjadi beban keuangan. Maka, bila ada kantor cabang yang masih belum produktif dalam kurun waktu tertentu maka diperlukan upaya penyelamatan sehingga kantor cabang tersebut tidak menjadi beban.
Mokh. Syaiful Bakhri

