Belajar Memakmurkan Masjid dari Turki

Agu 23, 2015 - 00:00
 0  20
Belajar Memakmurkan Masjid dari Turki

Direktur Qorya Thoyyibah Sidogiri (QTS) H. Mahmud Ali Zain memberikan perhatian pada kenyataan yang terjadi di masyarakat bahwa pasar masih lebih ramai daripada masjid.  “Mengapa pasar itu masih lebih ramai dari masjid? Tak lain karena daya tarik pasar itu masih lebih besar daripada daya tarik masjid,” demikian dia sampaikan dalam pertemuan Ahad pagi (23/8/2015) antara pengelola QTS dengan para pendamping desa dari 32 desa yang menjadi binaan QTS.

Dia menyampaikan hal itu sebagai bentuk perhatian kepada para pendamping desa QTS yang belum lama ini dilantik agar memiliki kepedulian terhadap keadaan masjid-masjid di desanya dalam hubungannya dengan peran masjid sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan batin warganya.

Menurutnya, pasar bisa lebih ramai dari masjid dapat terjadi karena para pengelola atau takmir masjid kurang berhasil dalam  mengelola masjid. ”Selama ini, takmir masjid lebih cenderung memperhatikan hal yang berhubungan dengan pembangunan fisik masjid. Kalau keramiknya  kurang bagus, lalu segera diganti. Namun, bila ada jamaah keharmonisan rumah tangga bermasalah dan mengalami kesulitan ekonomi belum mendapat perhatian,” ungkapnya prihatin.

Dia memberikan contoh, misalnya sebuah  ada rumah tangga yang sedang mengalami keretakan hubungan suami istri sehingga rumah tangganya tidak harmonis, tidak ada tempat di masjid yang dapat didatangi untuk menemukan solusi atas masalah rumah tangga yang sedang dialami. ”Sekiranya  takmir masjid menyediakan tempat untuk konsultasi keluarga sakinah, maka rumah tangga yang dilanda masalah akan mendatangi masjid,” paparnya.

Begitupula, bila ada jamaah yang mengalami kesulitan ekonomi, takmir masjid belum menyediakan tempat dan solusi sehingga dapat membantunya. “Sekiranya takmir masjid itu bisa membantu orang-orang yang sedang mengalami kesulitan ekonomi dan dapat mencarikan jalan keluarnya, maka orang-orang akan berdatangan ke masjid bila mereka sedang dilanda  masalah ekonomi,” tandasnya.

Oleh karena itu, dia mengagas agar para takmir masjid dapat membantu jamaahnya dengan menyediakan kebutuhan fisik dan kebutuhan batin para jamaahnya. “ Magnitnya orang itu kebutuhan. Kalau ada lembaga yang dapat memenuhi kebutuahan, maka dia akan didatangi lembaga tersebut. Karena itu, kalau takmir masjid dapat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh jamaah baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan batin, maka para jamaah akan mendatangi masjid bila mereka sedang dirudung masalah,” paparnya.

Belajar dari Turki

Untuk itulah, H. Mahmud Ali Zain menegaskan tentang perlunya belajar dari Turki bagaimana memakmurkan masjid dan memakmurkan rakyat. Menurutnya, pada saat ini Turki dapat mengalami kemajuan yang pesat karena Presiden Turki Erdogan memiliki tiga program unggulan yang terbukti berhasil memakmurkan negerinya yaitu program shalat berjamaah di masjid terutama shalat Subuh, program pemberdayaan UKM dan program yang menggerakkan sedekah.

Oleh karena itu, menurutnya, QTS dapat meniru apa yang telah dilakukan oleh Turki dalam mensejahterakan masyarakat. “Saya kira kita bisa memulai dari bagaimana memakmurkan masjid yang ada di sekitar kita sehingga pada waktu shalat subuh, para jamaah dapat berduyun-duyun untuk shalat di masjid. Kalau tidak di masjid, bisa dimulai dari mushalla yang ada di sekitar kita,” pungkasnya.   

Mokh. Syaiful Bakhri

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow