Teladan dalam Berkhidmat (3 Habis)

Nov 26, 2016 - 00:00
 0  20
Teladan dalam Berkhidmat (3 Habis)

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya. Dan aku adalah yang terbaik kepada keluargaku di antara kalian.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Karena itu, dalam kehidupan keluarganya Rasulullah SAW merupakan seorang suami yang paling pengertian dan berkhidmat kepada keluarga dengan membantu pekerjaan istrinya. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukhtashar Ihyâ Ulûmuddîn bahwa Rasulullah SAW membantu istrinya dalam urusan keluarga, menambah sandal sendiri, menjahit pakaian sendiri, memerah air susu kambing dan membantu istrinya memotong daging.

Rasulullah SAW merupakan contoh bagaimana membangun keluarga yang harmonis dan bahagia. Menurut Muhammad Syafii Antonio dalam buku Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager, Rasulullah SAW merupakan seorang suami teladan yang sangat mengerti bagaimana membahagiakan istri dan keluarganya. Bagi istrinya, beliau merupakan suami teladan yang tiada taranya. Bukan hanya teladan, beliau juga merupakan seorang suami yang romantis terhadap istrinya.

Beliau membukakan pintu kendaraan atau rumah untuk istrinya. Beliau mencium istrinya sebelum pergi dan datang dari bepergian. Beliau makan sepiring berdua dengan istrinya. Beliau berlemah-lembut dan menemani istrinya ketika sakit. Beliau bersenda-gurau dan membangun keakraban dengan istrinya. Beliau tetap romantis dan akrab dengan istrinya yang sedang haid. Beliau mencium istrinya dari waktu ke waktu. Beliau mengungkapkan perasaan cinta dan panggilan sayang setiap hari kepada istrinya. Dan masih banyak lagi cara yang beliau tempuh untuk membahagiakan istrinya (Antonio, 1997: 111-119).

Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW itu juga dilakukan oleh kiai di pesantren. Salah satunya adalah (Alm) Kiai Hasani Nawawie dari Sidogiri, Kraton, Pasuruan. Dalam kehidupan sehari-hari ulama yang wafat pada 13 Rabiul Awal 1422 H atau 5 Juni 2001 itu banyak membantu urusan keluarga istrinya.

Dalam buku Biografi Ringkas Keteladanan Kiai Hasani Nawawie disebutkan keteladanan kehidupan rumah tangganya. Di antaranya, istrinya tidak diperkenankan untuk mencuci bajunya. Ia sendiri yang mencuci pakaiannya. Bahkan, belanja ke pasar dan memasak pun ia lakukan sendiri. Dalam hal ini, ia sangat memuliakan perempuan terutama istrinya. “Istri itu bukanlah buruh saya,” demikian pesannya (Bakhri, 2003: 96).

Begitupula, ia tidak berkenan apabila kewajibannya untuk membantu istrinya dalam urusan keluarga dikerjakan oleh orang lain. Karena itu, meski sudah sepuh, ia menimba air dan mengisi bak mandi sendiri. Ia tidak berkenan orang lain termasuk anak tirinya membantu untuk melaksanakan tugasnya dalam urusan keluarga. Suatu ketika ia mendapati salah seorang anak tirinya membantu menimba air. Mengetahui hal itu, ia tidak berkenan seraya menegurnya, “Tangan saya ini masih kuat untuk menimba air.”


Mokh. Syaiful Bakhri

 

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow