Belajar dari Karier Bisnis Rasulullah SAW
Oleh Mokh. Syaiful Bakhri*
Sifat-sifat apakah yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin ataupun Chief Executive Officer (CEO) sehingga arahannya akan sudi diikuti oleh anak buahnya. Hal inilah yang menarik perhatian James M. Caouzes dan Barry J. Posner. Dalam bukunya Leadership Challenge Caouzes dan Posner mengungkap hasil penelitian tentang-tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh para pemimpin.
Keduanya mengadakan riset selama lebih dari dua puluh tahun dengan melakukan survei pada tujuh puluhlimaribu orang eksekutif swasta dan pemerintah di seluruh dunia. Ternyata sifat pertama yang dipilih oleh para responden adalah kejujuran. Selanjutnya adalah sifat berorientasi ke depan, kompeten dan membangkitkan semangat. Berdasarkan riset yang mereka lakukan pada 1987, 1995 dan 2002, hanya empat sifat tersebut yang mendapat lebih dari 50% suara (lihat tabel berikut).
Tabel 10 Sifat-sifat Pemimpin
|
Peringkat |
Sifat-sifat |
Edisi 2002 |
Edisi 1995 |
Edisi 1987 |
|
1 |
Jujur |
88 |
88 |
83 |
|
2 |
Berorientasi ke depan |
71 |
75 |
62 |
|
3 |
Kompeten |
66 |
63 |
67 |
|
4 |
Membangkitkan semangat |
65 |
68 |
58 |
|
5 |
Cerdas |
47 |
40 |
43 |
|
6 |
Berwawasan adil |
42 |
49 |
40 |
|
7 |
Berwawasan luas |
40 |
40 |
37 |
|
8 |
Mendukung |
35 |
41 |
32 |
|
9 |
Dapat dipercaya |
34 |
33 |
34 |
|
10 |
Dapat diandalkan |
33 |
32 |
33 |
Sumber: Antonio, Dr. Muhammad Syafii, M. Ec, 2009. Asmâ’ul Husnâ for Success in Business and Life:Jakarta, Tazkia Publishing.
Keempat sifat tersebut paling sering muncul dan membuktikan bahwa setiap pemimpin yang ingin didengar dan dituruti kata-katanya sehingga orang-orang sudi untuk mengikutinya secara sukarela dan tidak terpaksa adalah pemimpin yang memiliki kualitas karakter yang jujur, berorientasi ke depan, kompeten dan membangkitkan semangat.
Lebih dari 1000 tahun sebelum Caouzes dan Posner mengadakan penelitian, Muhammad SAW telah menunjukkan bahwa kejujuran dan dapat dipercaya merupakan etika yang sangat penting terutama dalam dunia bisnis dan perdagangan. Untuk hal ini, beliau pernah bersabda, “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang benar-benar tulus dan para syuhad.” (HR. Bukhari)
Beliau pun sukses meniti karier dalam bidang bisnis dan perdagangan karena mengutamakan etika kejujuran dan dapat dipercaya sehingga orang-orang memberikan gelar kehormatan “Al-Amin” yang berarti “orang yang sangat terpercaya”. Bagaimanakah beliau meniti karier sebagai seorang pedagang yang sukses dengan mengutamakan kejujuran dan dapat dipercaya?
***
Karier merupakan perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan dan sebagainya (KBBI, 2005). Sebelum diutus menjadi seorang Nabi dan Rasulu, Muhammad SAW sukses meniti karier sebagai seorang pedagang atau pengusaha. Menurut Dr.Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager (2008), Muhammad SAW sukses meniti karir sebagai seorang pedagang dan pengusaha yang diawali dari kerja magang (internship) sampai mencapai kedudukan--dalam istilah Robert Kiyosaky-- sebagai kebebasan uang (financial freedom) dan waktu.
Membahas soal karier bisnis Nabi SAW, tentunya tidak dapat dilepaskan dari kehidupan beliau sejak kecil. Ketika berusia 12 tahun, beliau sudah mulai belajar berdagang atau kerja magang (internship) kepada pamannya Abu Thalib yang berdagang sampai keSyria. Dengan demikian, sejak kecil beliau sudah mempelajari kompentensi dan kemampuan teknis yang terkait dengan perdagangan.
Kisah yang cukup terkenal adalah ketika beliau mendesak pamannya Abu Thalib untuk mengikuti dan menemaninya dalam perjalanan perdagangan ke Negeri Syria. Dalam perjalanan itu, beliau dan pamannya bertemu dengan seorang rahib yang bernama Bukhaira. Rahib itulah yang memberi tahu Abu Thalib bahwa Muhammad kelak akan menjadi seorang Nabi dan Rasul setelah melihat khatam an-nubuwwah (cincin tanda kenabian) yang melekat di kulit punggung Muhammad.
Selama belajar dagang dengan Abu Thalib, beliau dengan seksama mempelajari barang atau komoditas yang laku di pasar, fluktuasi permintaan dan penawaran barang atau komoditas, pusat-pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang, musim-musim perdagangan di suatu tempat dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan.
Selanjutnya pada usia17 tahun beliau sudah mulai membuka usaha sendiri atau menjadi seorang business manager. Pada masa ini, pengalaman yang didapatkan selama belajar berdagang sangat membantunya ketika mulai merintis usaha sendiri. Sebagaimana pedagang lainnya yang tak memiliki banyak modal, maka beliau mulai membuka usaha dengan berdagang secara kecil-kecilan dikota Makkah. Untuk itu, beliau membeli suatu barang yang dibutuhkan oleh penduduk Makkah dari suatu pasar dan kemudian menjualnya dengan mengambil keuntungan yang sewajarnya.
Selama merintis usaha sendiri, beliau berusaha membangun reputasi dan kredibilitas sebagai seorang pedagang amanah, menepati janji dan memberikan pelayanan yang baik. Menurut Didin Hafidhuddin (Bakhri, 2003: 18), Muhammad SAW memiliki sifat amanah dalam bisnis. Beliau merupakan contoh seorang pedagang yang amanah terhadap konsumen, menepati janji dan memberikan pelayanan yang baik.
Perilaku bisnis yang baik merupakan iklan bisnis yang terbaik. Karena itu, ketika beliau akan datang pada suatu daerah untuk berdagang, masyarakat disanasudah menunggunya. Mereka menunggu beliau datang dan tidak mau membeli dari pedagang lainnya. “Mereka hanya mau membeli dari Muhammad karena tidak pernah merugikan dan tidak pernah memainkan takaran timbangan,” tulis Hafidhuddin.
Para pembeli rela menunggu kedatangan beliau karena beliau menjual barang atau komoditas terbaik, melayani pembeli dengan sebaik-baiknya, melakukan transaksi dagang yang menguntungkan, tepat waktu dalam pengiriman barang dan pembayaran, menjalin kemitraan yang baik dengan para pedagang lainnya dan para pemasok barang serta berbagai perilaku bisnis lainnya yang bermartabat.
Selain itu, Rasulullah juga memiliki sifat fathanah atau cerdas dalam berbisnis. Beliau itu cerdas dalam memanfaatkan peluang bisnis dan cerdas dalam membangun jaringan dan kemitraan usaha. Menurut Afzalurrahman (2000), Rabi bin Badr pernah melakukan kerjasama dagang dengan Muhammad SAW. Ketika belakangan mereka bertemu lagi, Muhammad SAW mengatakan, “Apakah engkau masih mengenaliku?”. Rabi bin Badr menjawab, “Engkau pernah menjadi mitraku dan mitra yang paling baik pula. Engkau tidak pernah menipuku dan tidak pernah berselisih denganku.”
Apa yang beliau lakukan itu merupakan langkah untuk membangun kepercayaan dan dapat dipercaya dalam bisnis. Inilah yang dalam bisnis saat ini disebut dengan trust yang nilainya jauh lebih penting daripada capital. Sebab dalam bisnis, uang bukanlah kapital nomor wahid dalam bisnis, kapital nomor wahidnya adalah kepercayaan (money is not number one capital in business, the number one capital is trust). Sedangkan dalam bahasa Arab, trust itu hampir identik dengan gelar yang diberikan oleh penduduk Makkah kepada Nabi Muhammad SAW yaitu Al-Amin.
Karena itulah beliau semakin dipercaya baik oleh para pembeli, pedagang, mitra usaha ataupun pemilik modal. Ketika itu beliau mendapat gelar kehormatan “Al-Amin” yang berarti “yang dapat dipercaya”. Dengan gelar “Al-Amin” tersebut, reputasi dan kredibilitas beliau sebagai seorang pedagang semakin terkenal. Maka dari itu, banyak pihak terutama dari kalangan pedagang yang tertarik untuk menjalin kemitraan usaha dengan beliau. Inilah yang menjadi pintu masuk aliran modal usaha untuk dikelola oleh beliau dengan mendapat imbalan berupa upah ataupun bagi hasil atas keuntungan yang didapat.
***
Karier beliau dalam berdagang mulai meningkat ketika mendapat kepercayaan dari para investor untuk menjalankan barang-barang perdagangan mereka. Beliau dipercaya oleh para pemilik modal untuk menjadi seorang investment manager. Sebagai seorang investment manager (pengelola investasi) atau mudhaarib dalam bahasa Arabnya, beliau menjalankan usaha para pemilik modal (shahibul maal) dengan imbalan berupa upah (fee based) ataupun bagi hasil (profit sharing)
Salah seorang investor yang menaruh kepercayaan adalah Khadijah, seorang pengusaha wanita kaya di Makkah yang kelak bakal menjadi istri beliau. Amanah dari para pemilik modal tersebut beliau jalankan dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya. Untuk itu, beliau mengadakan perjalanan dagang ke pasar-pasar yang berada jauh darikotaMakkah bahkan sampai keYaman,Syria,Busra,Iraq, Yordania danBahrain.
Parainvestor seperti Khadijah berani menyerahkan modal usaha kepada beliau karena sangat mempercayai reputasi dan kredibilitas beliau. Selain kedua faktor tersebut, hal yang membuat para investor tertarik adalah kemampuan beliau dalam memberikan keuntungan dua kali lipat dibandingkan dengan investment manager lainnya.
“Ketika Khadijah mendapati bahwa Muhammad SAW memperoleh keuntungan yang sangat besar yang belum pernah diraih oleh siapapun sebelumnya, maka Khadijah memberikan bagian keutungan yang lebih besar daripada yang telah mereka berdua sepakati sebelumnya,” tulis Antonio yang mengutip buku Al-Siirah al-Nabawiyah karya Ali Muhammad Al-Shalabi.
Kemudian setelah menikah—tak lain dengan pengusaha yang mempercayainya, Khadijah—tak banyak catatan yang menyebutkan bagaimana kelanjutan karier bisnis beliau. Besar kemungkinan beliau menggabungkan modal usaha yang dimiliki dengan modal usaha yang dimililiki oleh istrinya yang memang merupakan seorang pengusaha. Dengan semakin besarnya modal usaha yang dimiliki, maka beliau telah menjadi seorang business owner. Ketika itu, beliau telah menjadi seorang investor dan memiliki banyak waktu untuk memperhatikan keadaan masyarakatnya. Dalam istilah Robert Kiyosaky, sebagaimana dikutip Antonio, Muhammad SAW telah mencapai kedudukan sebagai kebebasan uang (financial freedom) dan waktu.
***
Dengan demikian jelaslah sudah bahwa Rasulullah SAW itu merupakan teladan agung bagi umat manusia sepanjang zaman dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang bisnis atau perniagaan. Beliau sukses meniti karier sebagai seorang pedagang mulai dari kerja magang sebagai seorang pedagang, merintis usaha sendiri, menjalankan modal usaha para investor sampai menjadi seorang pemilik usaha dan investor.
Ujaran-ujaran beliau yang terkait dengan aspek bisnis dan perniagaan banyak berterbaran dalam berbagai kitab-kitab hadis. Beliau memberikan motivasi kepada para sahabatnya untuk rajin bekerja dan berusaha. Beliau bersabda, “Berusaha untuk mendapatkan penghasilan yang halal merupakan kewajiban di samping sejumlah tugas lain yang diwajibkan.” (HR. Baihaqi dan Thabrani)
Begitupula, beliau memberikan apresiasi yang tinggi kepada para sahabatnya yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Dalam sebuah sabdanya beliau memuji seorang yang bekerja atau membuka usaha dengan keringatnya sendiri. Beliau bersabda, “Tidak ada satu pun makan yang lebih baik daripada yang dimakan dari hasil keringat sendiri.” ( HR. Bukhari)
Beliau juga memberikan perhatian kepada para pedagang yang jujur dan dapat bercaya. Beliau menyebutkan bahwa para pedagang yang jujur itu menempati kedudukan yang istimewa bersama para syuhada di surga. Beliau bersabda, “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang benar-benar tulus dan para syuhad.” (HR. Bukhari)
* Pengelola website Koperasi BMT UGT Sidogiri

