Meneladani Rasul sebagai Pengusaha (2)

Karier merupakan perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan dan sebagainya (KBBI, 2005). Sebelum diutus menjadi seorang Nabi dan Rasulu, Muhammad SAW sukses meniti karier sebagai seorang pedagang atau pengusaha. Menurut Dr.Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager (2008), Muhammad SAW sukses meniti karir sebagai seorang pedagang dan pengusaha yang diawali dari kerja magang (internship) sampai mencapai kedudukan--dalam istilah Robert Kiyosaky-- sebagai kebebasan uang (financial freedom) dan waktu.
Membahas soal karier bisnis Nabi SAW, tentunya tidak dapat dilepaskan dari kehidupan beliau sejak kecil. Ketika berusia 12 tahun, beliau sudah mulai belajar berdagang atau kerja magang (internship) kepada pamannya Abu Thalib yang berdagang sampai keSyria. Dengan demikian, sejak kecil beliau sudah mempelajari kompentensi dan kemampuan teknis yang terkait dengan perdagangan.
Kisah yang cukup terkenal adalah ketika beliau mendesak pamannya Abu Thalib untuk mengikuti dan menemaninya dalam perjalanan perdagangan ke Negeri Syria. Dalam perjalanan itu, beliau dan pamannya bertemu dengan seorang rahib yang bernama Bukhaira. Rahib itulah yang memberi tahu Abu Thalib bahwa Muhammad kelak akan menjadi seorang Nabi dan Rasul setelah melihat khatam an-nubuwwah (cincin tanda kenabian) yang melekat di kulit punggung Muhammad.
Selama belajar dagang dengan Abu Thalib, beliau dengan seksama mempelajari barang atau komoditas yang laku di pasar, fluktuasi permintaan dan penawaran barang atau komoditas, pusat-pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang, musim-musim perdagangan di suatu tempat dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan.
Selanjutnya pada usia17 tahun beliau sudah mulai membuka usaha sendiri atau menjadi seorang business manager. Pada masa ini, pengalaman yang didapatkan selama belajar berdagang sangat membantunya ketika mulai merintis usaha sendiri. Sebagaimana pedagang lainnya yang tak memiliki banyak modal, maka beliau mulai membuka usaha dengan berdagang secara kecil-kecilan dikota Makkah. Untuk itu, beliau membeli suatu barang yang dibutuhkan oleh penduduk Makkah dari suatu pasar dan kemudian menjualnya dengan mengambil keuntungan yang sewajarnya.
Selama merintis usaha sendiri, beliau berusaha membangun reputasi dan kredibilitas sebagai seorang pedagang amanah, menepati janji dan memberikan pelayanan yang baik. Menurut Didin Hafidhuddin (Bakhri, 2003: 18), Muhammad SAW memiliki sifat amanah dalam bisnis. Beliau merupakan contoh seorang pedagang yang amanah terhadap konsumen, menepati janji dan memberikan pelayanan yang baik.
Perilaku bisnis yang baik merupakan iklan bisnis yang terbaik. Karena itu, ketika beliau akan datang pada suatu daerah untuk berdagang, masyarakat disanasudah menunggunya. Mereka menunggu beliau datang dan tidak mau membeli dari pedagang lainnya. “Mereka hanya mau membeli dari Muhammad karena tidak pernah merugikan dan tidak pernah memainkan takaran timbangan,” tulis Hafidhuddin.
Para pembeli rela menunggu kedatangan beliau karena beliau menjual barang atau komoditas terbaik, melayani pembeli dengan sebaik-baiknya, melakukan transaksi dagang yang menguntungkan, tepat waktu dalam pengiriman barang dan pembayaran, menjalin kemitraan yang baik dengan para pedagang lainnya dan para pemasok barang serta berbagai perilaku bisnis lainnya yang bermartabat.






