Sukses Koperasi Berbasis Pesantren

Oleh Mokh. Syaiful Bakhri *
Kemajuan koperasi yang berbasis pondok pesantren (ponpes) makin menggembirakan dan menjadi harapan baru kebangkitan koperasi di Indonesia. Dari daftar 100 Koperasi Besar Indonesia yang dirilis majalah Peluang (2012), tiga di antaranya merupakan koperasi yang berbasis pesantren. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT UGT Sidogiri berada pada urutan ke-3, KJKS BMT MMU Sidogiri berada pada urutan ke-14 dan Kopontren Sidogiri berada di urutan ke-93.
Berdasarkan urutan 10 BMT terbesar, KJKS BMT UGT Sidogiri menduduki tingkat pertama dan KJKS BMT MMU Sidogiri menduduki tingkat ketiga (majalah Investor edisi September 2010). Kemudian, berdasarkan urutan KJKS terbesar di Indonesia, KJKS BMT UGT Sidogiri dinobatkan oleh Kementrian Koperasi Pusat di Jakarta sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah Terbesar se-Indonesia Tahun 2012. Sedang KJKS BMT MMU Sidogiri menempati urutan ke-2 terbesar di Indonesia.
Ketiganya merupakan koperasi yang berbasis ponpes yaitu Pondok Pesanten Sidogiri. Faktor-faktor apa sajakah yang menunjang kesuksesan koperasi berbasis ponpes? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, marilah terlebih dahulu melongok sejarah berdiri dan perkembangan ketiga koperasi di Sidogiri tersebut.
Berbasis Pesantren
Berbasis pesantren untuk ketiga koperasi tersebut mengandung dua pengertian. Pertama, koperasi yang secara kelembagaan merupakan milik pesantren dan berada langsung di bawah pengelolaan pesantren. Pengurus dan karyawannya merupakan orang-orang pesantren, kecuali keanggotaannya yang bersifat terbuka untuk masyarakat luas. Contohnya, Kopontren Sidogiri. Kedua, koperasi yang secara kelembagaan bukan milik pesantren dan tidak secara langsung di bawah pengelolaan pesantren, namun pengurus, karyawan dan anggotanya kebanyakan aktivis dan alumni pesantren. Contohnya, KJKS BMT MMU Sidogiri dan KJKS BMT UGT Sidogiri.
Pengertian tersebut perlu mendapat ketegasan karena sejauh ini banyak yang menganggap bahwa ketiga koperasi di Sidogiri tersebut terkait langsung dengan Ponpes Sidogiri. Anggapan tersebut muncul karena nama “MMU” pada KJKS BMT MMU Sidogiri dan “UGT” pada KJKS BMT UGT Sidogiri berhubungan dengan “brand” MMU dan UGT yang sudah lama dikenal luas oleh para santri, alumni dan wali santri Ponpes Sidogiri.
MMU merupakan singkatan dari Madrasah Miftahul Ulum yaitu lembaga pendidikan madrasiyah di Ponpes Sidogiri sejak 1938. Ponpes Sidogiri sendiri berdasarkan manuskrip yang ditulis KA. Sa’doellah Nawawie pada 1971 dinyatakan berdiri sejak 1745. Tahun itulah yang kemudian dijadikan sebagai tonggak peringatan hari lahirnya Ponpes Sidogiri. Sedang, UGT singkatan dari Urusan Guru Tugas merupakan salah satu lembaga yang ada di lingkungan Ponpes Sidogiri. Lembaga ini menangani guru tugas yang ditugaskan di berbagai pesantren atau madrasah ranting yang berafilial dengan Ponpes Sidogiri.
Berawal dari Kopontren
Kopontren Sidogiri sejarah berdirinya berawal dari ikhtiar KA. Sa’doellah Nawawie (Penanggung Jawab dan Ketua Pengurus Ponpes Sidogiri) pada 1961 yang merintis berdirinya koperasi sebagai wadah untuk belajar kemandirian, wirausaha (enterpreneurship) dan pengabdian bagi para santri. Kegiatan usaha pertamanya adalah membuka kedai dan warung kelontong di lingkungan pesantren yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi para santri.
Meski berdiri sejak 1961, namun Kopontren Sidogiri resmi berbadan hukum mulai 15 Juli 1997. Sejak saat itulah, Kopontren Sidogiri terus berkembang pesat. Berkat kemajuan Kopontren Sidogiri, maka pada 2002 Ponpes Sidogiri mendapat predikat sebagai “Pesantren Wirausaha Pertama” (Republika, 1 November 2002).
Saat ini Kopontren Sidogiri telah memiliki 68 cabang di beberapa wilayah di Jawa Timur seperti Pasuruan, Madura, Probolinggo, Bondowoso dan banyuwangi. Ke depan Kopontren Sidogiri akan terus berupaya untuk terus melakukan inovasi dan menjadi yang terdepan dalam bisnis ritel. Sejak 2013 Kopontren Sidogiri membentuk infrastruktur brand “BASMALAH” dengan nama “TOKO BASMALAH” dengan motto “Tempat Belanja yang Baik”. Dari 68 cabang yang sudah dimiliki Kopontren Sidogiri, ada 22 cabang yang sudah menggunakan brand “BASMALAH”.
Setelah sukses mengembangkan Kopontren Sidogiri, pada pertengahan 1997 pengurus Kopontren Sidogiri dan beberapa orang guru Madrasah Miftahul Ulum (MMU) Ponpes Sidogiri memprakarsai berdirinya koperasi serba usaha (KSU) yang fokus usahanya adalah simpan-pinjam pola syariah (SPS) dengan nama Koperasi Baitul Mal wa Tamwil Maslahah Mursalal lil Ummah Sidogiri atau Koperasi BMT MMU Sidogiri (kelak menggunakan nama KJKS BMT MMU Sidogiri).
Mereka mendirikan Koperasi BMT MMU Sidogiri karena resah dengan kondisi masyarakat yang terjerat dengan praktik ekonomi ribawi dalam bentuk rentener yang sudah merambah ke desa-desa di sekitar Sidogiri. Meski para pengelolanya—khususnya guru-guru Madrasah Miftahul Ulum yang biasanya berkutat dengan pelajaran kitab kuning—merasa seakan-akan memasuki dunia lain ketika harus menangani bisnis syariah, namun mereka berhasil mengembangkan koperasi (Republika, 17 Maret 2004).
Sejak didirikan 1997, Koperasi BMT MMU menunjukkan kemajuan yang signifikan baik dari segi aktiva (aset), penerimaan kas (omzet) dan laba bersihnya (SHU). Unit pelayanannya tersebar di berbagai tempat di Jawa Timur. Sejak 25 September 2009 Koperasi BMT MMU Sidogiri telah diubah wilayah keanggotaannya menjadi lingkup provinsi Jawa Timur. Selain itu, sejak November 2013 Koperasi BMT MMU Sidogiri berganti nama menjadi Koperasi BMT Maslahah Sidogiri.
Setelah sukses mengembangkan koperasi syariah di kabupaten Pasuruan, para pengurus Koperasi BMT MMU Sidogiri memprakarsai berdirinya Koperasi BMT Usaha Gabungan Terpadu (UGT) di Surabaya (kelak menggunakan nama KJKS BMT UGT Sidogiri). Kini pada usianya yang ke-13 tahun, KJKS BMT UGT Sidogiri memilik 228 unit pelayanan yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Riau dan Lampung. Asetnya pada Oktober 2013 mencapai Rp 950 miliar.
Faktor Kesuksesan
Setidak-tidaknya ada empat faktor yang sangat menunjang kesuksesan tiga koperasi berbasis pesantren di Sidogiri, yaitu:
Pertama, meski KJKS BMT MMU Sidogiri dan KJKS BMT UGT Sidogiri tidak terkait secara langsung dengan Ponpes Sidogiri, keberkahan Ponpes Sidogiri sangat menentukan kesuksesan kedua koperasi tersebut. Sebagai ponpes yang telah berusia lebih dari 267 tahun, Ponpes Sidogiri mendapat kepercayaan yang sangat besar dari masyarakat. Karena itulah, segala sesuatu yang berhubungan dengan Ponpes Sidogiri mendapat dukungan terutama dari para santri, wali santri, alumni dan masyarakat. Begitupula dengan keberadaan tiga koperasi di Sidogiri juga mendapat keberkahan dari Ponpes Sidogiri.
Kedua, faktor kepemimpinan (leadership). Para pengurus koperasi di Sidogiri merupakan tokoh yang sangat disegani dan memiliki karisma. Beberapa pengurus kopontren di Sidogiri masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Ponpes Sidogiri. Mereka itu sangat dihormati dan ditaati oleh para santri, wali santri dan alumni Ponpes Sidogiri. Salah seorang ketua pengurus koperasi di Sidogiri pernah berkelakar, “Saya ini hanya dijadikan sebagai jimat sehingga dipilih sebagai ketua pengurus.” Maksud dari “jimat” tak lain karena dia sangat dihargai, dipatuhi dan dihormati oleh komunitasnya.
Ketiga, faktor jaringan (networking). Keberadaan alumni Ponpes Sidogiri yang membentuk organisasi Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) sangat menunjang kesuksesan ketiga koperasi yang ada di Sidogiri. Jumlah anggota ketiga koperasi di Sidogiri yang mencapai 8.637 tidak dapat dilepaskan dari keberadaan alumni Ponpes Sidogiri. Selain itu, keberadaan alumni Ponpes Sidogiri yang banyak menjadi tokoh masyarakat di suatu daerah, sangat efektif dalam koordinasi dan mobilisasi saat pendirian cabang baru di tiap daerah sehingga cabang tersebut bisa maju dan berkembang.
Keempat, SDM yang memiliki karakter STAF. Para pengurus dan karyawan tiga koperasi di Sidogiri itu kebanyakan merupakan alumni Ponpes Sidogiri. Mereka berhasil memajukan koperasi syariah karena memiliki karakter STAF sebagai karakter yang melekat pada Nabi Muhammad SAW yaitu Siddig (jujur), Tabligh (komunikatif), Amanah (terpercaya), dan Fathonah (cerdas/profesional). Dengan karakter STAF itulah masyarakat makin percaya dengan tiga koperasi di Sidogiri. Hal itu dapat diketahui dari jumlah anggota baru dan simpanannya terus bertambah, simpanan anggota lama semakin bertambah dan pengelola mendapat dukungan dari anggota dalam setiap program yang dijalankan.
Penutup
Sukses koperasi berbasis pesantren merupakan harapan baru kebangkitan koperasi di Indonesia. Apabila kesuksesan ini dapat ditularkan di seluruh pesantren di Indonesia, akan menjadi kekuatan ekonomi baru yang dapat mengangkat kesejahteraan kaum sarungan dan masyarakat pedesaan yang selama ini masih berada pada lapisan ekonomi bawah.
* Adalah Ketua Kelompok Anggota Sidogiri Koperasi BMT Maslahah Sidogiri penulis buku Sukses Ekonomi Syariah di Pesantren (2011).






