4 Alasan BMT UGT Dapat Jadi Model Dunia untuk ASEAN

Dalam rangka menyongsong era MEA 2015, maka peran strategis Koperasi BMT UGT Sidogiri adalah menjadi model dunia untuk kawasan ASEAN dalam bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin melalui Islamic micro finance. Meski tidak seluruh negara-negara anggota ASEAN penduduknya mayoritas Muslim bahkan pada negara ASEAN tertentu penduduk Muslimnya minoritas, penerapan Islamic micro financeI bukanlah kendala sebagaimana bank-bank Islam dapat berkembang pesat di negara sekuler seperti Inggris dan negara-negara Eropa lainnya.
Untuk menjadi sebuah model, maka sistem dan standar prosedur pengelolaan Koperasi BMT UGT Sidogiri dapat didokumentasikan dengan baik dan dipublikasikan dalam berbagai bahasa dunia seperti Inggris dan Arab sehingga dapat pelajari, ditiru dan dikembangkan di tempat yang lain. Selain itu, pengurus, pengawas dan karyawan Koperasi BMT UGT Sidogiri sudah saatnya mulai mempelajari bahasa asing terutama bahasa Inggris.
Mereka perlu belajar bahasa Inggris secara reguler supaya mereka mampu berkomunikasi melalui tulisan dan berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Untuk bahasa Arab sudah tidak diragukan lagi karena rata-rata dari pengurus, pengawas dan karyawan Koperasi BMT UGT Sidogiri itu sudah terbiasa dengan bahasa Arab lantaran mereka kebanyakan merupakan alumni Pondok Pesantren Sidogiri.
Ada 4 alasan mengapa Koperasi BMT UGT Sidogiri dapat dijadikan sebagai model dunia bagi negara-negara ASEAN.
Pertama, sampai saat ini belum ada model Islamic micro finance untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin sebagaimana yang berhasil dikembangkan di Sidogiri melalui Koperasi BMT UGT Sidogiri (tentunya juga Koperasi BMT Maslahah Sidogiri yang lebih dahulu lahir). Menurut Dr. Raditya Sukmana, Ketua Program MSEI Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya, Koperasi BMT UGT Sidogiri dapat menjadi model dunia terutama bagi negera-negara Islam untuk pemberdayaan masyarakat miskin terutama di negara-negara berkembang melalui Islamic micro finance.
Kedua, pertumbuhan Koperasi BMT UGT Sidogiri yang menunjukkan grafik pertumbuhan yang cepat dan konsisten baik dari jumlah anggota, aset dan omzetnya. Tentu saja, hal itu layak untuk dikembangkan di tempat lain di berbagai belahan dunia terutama di kawasan ASEAN. Diharapkan, apabila prestasi Koperasi BMT UGT Sidogiri dapat ditularkan di kawasan ASEAN, akan memberikan dampak positif bagi pemberdayaan masyarakat miskin di negara-negara ASEAN.
Ketiga, Koperasi BMT UGT Sidogiri lahir dari dan dibesarkan oleh kalangan pesantren yang risau dengan perkembangan masyarakat yang menjurus pada praktik ekonomi ribawi. Sedangkan, praktik ekonomi ribawai itu selain bertentangan dengan tuntunan syariat Islam, juga sangat memberatkan masyarakat ekonomi lemah yang hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka tidak mungkin mencapai kesejahteraan dengan sistem ribawi karena sistem tersebut sangat mencekik leher orang-orang miskin. Mereka pinjam Rp 100.000 kepada renternir, namun harus mengembalikan sebesar Rp 130.000. Itu berarti mereka harus membayar riba sebesar 30%. Tentu saja, praktif ekonomi ribawi masih menonjol terjadi di berbagai belahan dunia termasuk di negara-negara ASEAN. Karena itu, untuk memberdayakan masyarakat miskin di ASEAN, mereka perlu belajar dari Koperasi BMT UGT Sidogiri.
Keempat, selama ini Koperasi BMT UGT Sidogiri (dan juga Koperasi BMT Maslahah) sering menjadi obyek wisata koperasi syariah. Berbagai pihak mulai dari kalangan akademisi (mahasiswa dan dosen), pengurus koperasi, praktisi perbankan, organisasi kemasyarakatan dan berbagai kalangan lainya dari penjuru Indonesia sudah melakukan studi banding ke Koperasi BMT UGT Sidogiri (dan juga Koperasi BMT Maslahah). Bahkan, ada juga yang berasal dari manca negara seperti dari Jerman yang berkunjung ke Koperasi BMT UGT Sidogiri. Maka, dalam era MEA 2015 dapat dipastikan akan banyak kunjungan tamu dari negara-negara ASEAN ke Koperasi BMT UGT Sidogiri.
Mokh. Syaiful Bakhri






