Renungan H. Mahmud Ali Zain (2): Hati-hati dengan Jabatan dan Pujian

Seringkali manusia mewaspadai sesuatu yang dampak buruknya kecil, tapi mengejar sesuatu yang tanpa sadar dampak buruknya lebih besar baginya. Berhati-hatilah dalam melangkah karena kulit pisang tidaklah menggelincirkan banyak orang dibandingkan jabatan dan pujian.
Marilah mengambil pelajaran dari kisah Imam Hanafi yang dengan rendah hati bersedia menerima nasihat dari seorang bocah.
Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit atau lebih populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan seorang anak kecil yang tampak berjalan mengenakan sepatu kayu. ”Hati-hati, Nak, dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai kau tergelincir,” kata sang imam menasehati.
Bocah miskin ini pun tersenyum, menyambut perhatian pendiri mazhab Hanafi ini dengan ucapan terima kasih.
”Bolehkah saya tahu namamu, Tuan?” tanya si bocah.
”Nu’man,” jawab Imam Abu Hanifah.
"Jadi, Tuan yang selama ini terkenal dengan gelar al-Imam al-A‘zham (Imam Agung) itu?” seloroh si bocah.
”Bukan aku yang menyematkan gelar itu. Masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku,” kata Imam Abu Hanifah merendah.
"Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara dia. Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya,” kata si bocah.
Ulama kaliber yang di ikuti banyak umat Islam itu pun tersungkur menangis. Imam Hanafi bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.
Mokh. Syaiful Bakhri






