SANG GURU BESAR PESANTREN

Okt 21, 2015 - 00:00
 0  15
SANG GURU BESAR PESANTREN

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "Mahaguru" memiliki arti "guru yang amat, sangat, dan teramat besar" (KBBI,2005 : 695). Kata "Pesantren" berarti asrama tempat santri atau murid-murid belajar mengaji dan sebagainya (KBBI, 2005: 866). Dengan demikian, "Mahaguru Pesantren" berarti guru yang amat, sangat, dan teramat besar yang diagungkan di kalangan pesantren.

Ungkapan "Mahaguru Pesantren" sangat cocok ditujukan untuk Syaichona Cholil Bangkalan. Beliau adalah mahaguru yang telah sukses mencetak ulama-ulama besar yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, akan tetapi juga kecerdasan moral dan spiritual. Tidak hanya sukses mencetak para ulama besar, para pendidik di Indonesia patut belajar darinya. Beliau mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan, spiritual, sosial, dan ketrampilan esoterik ke dalam pola asuh dan pendidikan di pesantrennya.

Keberhasilan Syaichona Cholil Bangkalan mencetak kiai-kiai besar dan tokoh-tokoh pendiri NU merupakan prestasi terbesarnya, sehingga namanya begitu termasyhur. Gelar "Syaichona" yang berarti "Guru Besar Kami" atau "Mahaguru Kami" menjadi  julukan khusus kepada Syaichona Cholil Bangkalan. Karena itu, ketika masyarakat madura menyebut "Syaichona", maka yang mereka maksud adalah Syaichona Cholil Bangkalan.

Syaichona Cholil Bangkalan adalah ulama yang mumpuni, karismatik, dan disegani. Semenjak remaja beliau telah terbiasa menjalani pola hidup mandiri, prihatin (ascetism), tekun belajar, rendah hati (tawadhu') dan seorang petualang yang sangat haus akan ilmu.

Semasa hidupnya Syaichona Cholil Bangkalan dikenal sebagai seorang ulama yang menguasai ilmu tata bahasa dan sastra Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghah, 'Arudh) dan menguasai ilmu fikih. Hingga beliau mampu menggabungkan kaidah kedua disiplin ilmu yang berbeda tersebut menjadi nazam (bait-bait) Alfiyah, kitab Nahwu yang sangat masyhur kara Ibnu Malik, Andalusia.

Kebesaran nama dan reputasinya begitu melegenda sepanjang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Meski jasadnya telah terkubur hampir seabad yang lalu di Martajasah, Madura dan tak pernah sepi dari para peziarah asal berbagai penjuru Nusantara, popularitasnya tetap hidup dalam hati manusia. Hal itu menunjukkan orang yang berilmu seperti beliau akan tetap hidup selamanya meski telah meninggal dan tulang belulangnya telah lebur dalam tanah.

Analisis

Buku dengan judul Mahaguru Pesantren: Kisah Perjalanan Hidup Ulama Legendaris  Syaichona Cholil Bangkalan ini adalah sebuah biografi yang ditulis oleh Mokh. Syaiful Bakhri tentang seorang mahaguru, sebagai leluhur intelektual dan spiritual, serta guru dari guru yang memiliki peran besar bagi lahirnya ulama-ulama dan lahirnya NU, sebuah organisasi Islam terbesar di dunia saat ini.

Buku ini tak ubahnya seperti rekam jejak sang guru besar. Dengan bahasa yang santun dan mudah dimengerti, penulis seakan-akan dapat memengaruhi kita untuk dapat merasakan bagaimana peristiwa demi peristiwa dalam hidup Syaichona Cholil Bangkalan, perasaannya, pemikirannya, cita-citanya, semua tergambar dengan sangat runtut dan persuasif.

Dalam kisah Syaichona Cholil Bangkalan ini, penulis tak lupa untuk melengkapinya dengan bukti-bukti yang nyata dan akurat, dimana pembaca dapat melihat sendiri dasar dari cerita yang dikisahkan Mokh. Syaiful Bakhri. Juga dengan narasumber-narasumber yang tepat dan dapat dipercaya, menambah kemantapan hati pembaca dengan kebenaran kisahnya.

Penulis juga menjelaskan beberapa aspek kata yang menjadi dasar pengambilan judul hingga sedetail mungkin. Kata-kata dengan bahasa jawa, latin dan arab juga akan banyak dijumpai di dalam buku ini. Dan dengan piawainya penulis dapat menjelaskan maksud dari kata-kata tersebut, sehingga dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca.

Tidak hanya menceritakan kisah mahaguru dari lahir, masa remajanya yang nyantri di beberapa pesantren, kemudian tekadnya untuk menuntut ilmu ke mekkah, sampai kembali ke tanah air dan mengasuh pesantren, di dalam buku ini juga memaparkan beberapa pokok pembahasan mengenai terjemahan dalam bahasa Indonesia dari kitab As-Silah fi Bayani an-Nikah dan Al-Matnu Asy-Syarif. Dimana didalamnya terdapat hukum-hukum mengenai nikah dan beberapa ilmu dasar fikih lainnya yang dijelaskan oleh penulis dengan sangat baik dan mudah dimengerti.

Penulis juga menceritakan cara-cara yang digunakan Syaichona Cholil Bangkalan dengan kezuhudannya mendidik sikap spiritual, sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan mendidik keterampilan esoterik kepada para muridnya. Untuk itu, para pendidik di Indonesia dan generasi muda juga patut belajar kepada beliau dalam hal semangat, ketekunan, kemandirian, ke-tawadhu'an, kesabaran, kekhidmatan, kecerdasan, dan kreativitasnya.

Itulah yang sekiranya ingin disampaikan oleh Mokh. Syaiful Bakhri dalam buku ini. Buku ini sangatlah cocok dibaca oleh semua kalangan, khususnya bagi para pendidik dan pelajar, karena di dalamnya mengandung pelajaran-prlajaran hidup yang dapat menambah wawasan dan kekuatan mental dalam membangun karakter bangsa, menumbuhkan semangat pendidikan, dan menciptakan pola pendidikan yang semakin baik lagi.

Judul Buku:
Mahaguru Pesantren: Kisah Perjalanan Hidup Ulama Legendaris  Syaichona Cholil Bangkalan
Penulis :
Mokh. Syaiful Bakhri
Penerbit
Emir-Erlangga, 2015, 162 halaman


Qoidatul Khikmah

Resensator adalah Siswi SMAN 1 Gondangwetan Pasuruan

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow