Dari Pendekatan Emosional Menuju Profesional

Mar 4, 2014 - 00:00
 0  18
Dari Pendekatan Emosional Menuju Profesional

Sebelum menjadi BMT yang memiliki reputasi nasional dengan aset mencapai lebih Rp 1 triliun dan ratusan kantor cabang di seluruh Indonesia, pada awal berdirinya Koperasi BMT Maslahah dan Koperasi BMT UGT Sidogiri pernah menggunakan pendekatan emosional.  Pada masa itu, pendekatan emosional cukup efektif untuk membina kepercayaan masyarakat terhadap BMT yang baru dan pertama kali didirikan. Namun seiring dengan perkembangannya, pendekatan emosional ditinggalkan dan kemudian beralih pada pendekatan profesional.

Mengapa pada awal berdirinya menggunakan pendekatan emosional? Mengapa sekarang ini tak lagi menggunakan pendekatan emosional dan menggantinya dengan pendekatan profesional? Temukan jawabannya melalui ringkasan dialog dengan H. Mahmud Ali Zain, salah seorang yang turut membidani berdirinya BMT di Sidogiri yang kini menjadi Ketua Pengurus Koperasi BMT UGT Sidogiri dan Pengawas Manajemen Koperasi BMT Maslahah.

Background  Kopontren

Ada resep pengembangan BMT di Sidogiri  (Koperasi BMT Maslahah dan Koperasi BMT UGT Sidogiri, red) yang mungkin tak terbaca. Kemajuan yang telah dicapai oleh BMT di Sidogiri pada mulanya ditunjang oleh background atau latar belakang Kopontren Sidogiri yang sudah memiliki brand image atau citra yang baik di masyarakat. Sekalipun demikian, BMT di Sidogiri tidak secara langsung menggunakan background itu.

Saya yang turut membidani kelahiran BMT apabila menggunakan background  Kopontren secara langsung, maka dikhawatirkan apabila BMT tidak berhasil sesuai dengan yang diharapkan, akan dapat merusak brand image Kopontren Sidogiri. Makanya, kantor pusat BMT yang pertama berdiri (Koperasi BMT MMU sejak akhir 2013 berganti nama menjadi Koperasi BMT Maslahah, red) awalnya di tempatkan di Wonorejo. Meski ditempatkan di Wonorejo, orang pasti tahu bahwa yang mengelola BMT itu adalah guru-guru madrasah yang dikenal jujur, transparan dan berhasil.

Boleh dikatakan bahwa pada tahap awal resep kemajuan BMT tidak lepas dari background  Kopontren Sidogiri. Namun, hal itu bukanlah satu-satunya. Kemajuan yang dicapai merupakan cerminan dari kepercayaan yang telah diberikan oleh masyarakat. Kepercayaan tersebut muncul karena BMT mampu menunjukkan bahwa lembaga ini baik dalam pengelolaannya. Karena itu, sekalipun lembaga ini masih belum apa-apa, kita bertekad bagaimana mengelola lembaga ini secara profesional. Tekad tersebut kita tekankan kepada segenap pengurus dan pengelola BMT walaupun pada saat itu “apa sebetulnya profesional itu” kita betul-betul masih belum mengenalnya.

 Pendekatan emosional

Kita mencoba mengelola dengan serius dan baik. Kita terus gembar-gemborkan bahwa lembaga kita ini dikelola secara profesional. Sekalipun pada awalnya kita menggunakan pendekatan bukan profesional melainkan pendekatan yang mengedepankan pendekatan emosional. Maksudnya kita menggunakan background yang sudah ada melalaui guru-guru madrasah ranting yang dikenal jujur, transparan dan berhasil. Karena pada awalnya masyarakat masih belum tahu apakah berhubungan dengan BMT itu menguntungkan atau tidak. Karena itulah kita menggunakan pendekatan emosional.

Tapi pendekatan emosional itu lama kelamaan akan habis, maka dari itu kita munculkan pendekatan lainnya yaitu pendekatan profesional. Jangan mengandalkan emosional misalnya dengan mempromosikan bahw itu BMT Sidogiri jelas jujur dalam pengelolaannya. Itu kan emosional.

Pendekatan profesional

Sampai kapan pendekatan emosional? Apabila dalam setiap RAT kita bisa menunjukkan adanya laba, berhasil, bisa membantu banyak pihak melalui dana sosial dan zakat serta menerapkan prinsip-prinsip syariah, baru itu merupakan pendekatan profesional.  Pendekatan profesional lain dengan pendekatan emosional. Pendekatan profesional tidak lagi menonjolkan bahwa pengelolaan BMT didukung oleh figur kiai atau ustadz ini-itu.

Kita kelola bagaimana orang mendapatkan manfaat lahir dan manfaat batin melalui BMT. Dalam pendekatan professional, ada aspek excellent service atau layanan prima. Melalui layanan prima itu, orang akan merasa puas, senang dan menyenangkan dengan layanan itu. Pendekatan profesional itu adalah pendekatan yang saling menguntungkan. Orang berhubungan dengan BMT karena mendapatkan untung. Yang kita inginkan, setiap orang yang berhubungan dengan BMT akan merasa diuntungkan.

Dalam hal keuntungan juga diterapkan keseimbangan. BMT ini berbadan hukum koperasi di dalamnnya terdapat tiga unsur penting yaitu anggota, karyawan dan nasabah. Anggota jangan sampai dikecewakan sebab yang punya modal adalah anggota. Kalau yang punya modal kecewa, akan diambil modalnya. Kalau anggota mengambil modalnya, maka akan menjadi berantakan.

Meski demikian, jangan terlalu menganakemaskan anggota, padahal yang banyak memberikan laba itu adalah karyawan. Karyawan juga harus diuntungkan. Sebab karyawan apabila tidak memberikan pelayanan dengan baik, selalu marah dan sebagainya akibatnya akan merugikan.

Dilandasi STAF

Itu tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang kita lakukan dari pendekatan emosional menuju pendekatan profesional. Pendekatan profesional dilandasi oleh STAF (Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah). Masing-masing pengelolanya dalah orang-orang yang jujur (Siddiq). Tabligh adalah komunikasi yang baik salah satunya komunikasi melalui website. Sedang Amanah berarti dapat dipercaya dan Fathanah berarti cerdas atau profesional dalam mengelola usaha.

Karena Siddiq dan Amanah kita coba bangun dengan bagus sehingga komunikasinya itu berjalan lewat orang per orang. Memang Tabligh belum  digarap secara profesional. Kita belum mengiklankan diri secara luas. Ini memang ada kekurangan, tapi kita coba untuk membenahinya. Integritas dari pengelola dan lembaganya harus bisa dipercaya (Amanah).

Masyarakat bisa percaya kalau kita mampu untuk dipercaya. Tapi kalau kita gembar-gembor secara emosional, tetapi tidak mampu menunjukkan bahwa menyimpan uangnya itu aman dan menguntungkan, maka kepercayaan masyarakat itu akan hilang. Yang sangat penting untuk Amanah adalah bahwa pada setiap tabungan ditarik jangan sampai bilang kita tidak ada uang. Karena anggota atau nasabah percaya bahwa ini dikelola secara profesional dan uangnya aman.

Membangun kepercayaan

Misal ada nasabah yang menarik dananya sebesar Rp 20 juta, maka hari itu harus diberikan. Kalau masih dalam satu unit tidak ada kas, nelpon dan sampaikan bahwa penarikan baru bisa dilakukan pada jam sekian. Ini merupakan barometer amanah dari nasabah itu di sini. Jadi, setiap nasabah mau mengambil uang harus dapat dilayani. Sekali mau menarik uang tapi uangnya tidak bisa diambil, itu menunjukkan tidak bisa dipercaya lagi.

Masyarakat menilai sampai di mana amannya uang dan dipercaya itu dari penarikan dan tersedianya uang. Bahkan ada nasabah yang pernah mengetes kepercayaannya. Ada nasabah yang menabung sebesar Rp 25 juta, kemudian tabungannya ditarik beberapa saat kemudian. Ia mengetes kebenarangan katanya BMT itu begini dan begini. Pernah di Warungdowo ada kasus, uangnya sebesar Rp 35 juta ditarik. Katanya di sini begini dan begitu, labanya kecil dan besok lusa akan diambil. Teryata nasabah tersebut tergiur dengan tawaran bunga di bank konvensional.

Setelah tahu bahwa keuntungan kita lebih besar dari bank konvensional ternyata seminggu kemudian ia setorkan lagi uangnya. Ujiannya amanah nasabah itu begitu. Kalau ujian dari anggota setiap RAT. Kalau misalnya SHU tahun ini lebih kecil dari tahun sebelumnya, kita harus dapat memberikan penjelasan, alasan dan argumen bahwa ini bukan karena kecerobohan tapi ini karena keadaan ekonomi. Alasan tersebut disampaikan bukan sekadar basa-basi disampaikan dengan argumentasi yang kuat dan rasional sedang kenyataan di lapangan juga demikian.  Mokh. Syaiful Bakhri

     

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow